Rektor ITS-Wali Kota Surabaya Tanam Seribu Pohon

Rektor Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya Prof Ir Priyo Suprobo MS PhD dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini melakukan penanaman seribu pohon di lingkungan kampus ITS Sukolilo, Sabtu.

Rektor ITS mengatakan penanaman pohon ini difungsikan untuk membuat kawasan ITS menjadi hijau. Selain itu, manfaat pohon sangat penting dirasakan bagi manusia.

“Kalau dimana-mana ada pohon, tentu akan membuat udara sejuk, lalu ada pertukaran oksigen bagi mahkluk hidup sangat baik. Semoga penanaman seribu pohon ini sangat dirasakan manfaatnya,” kata Priyo Suprobo.

Wali Kota Surabaya juga menyambut baik penanaman pohon ini. Menurut Tri Rismaharini, Kampus ITS memang dijadikan sebagai salah satu hutan dan sebagai paru-paru Surabaya kota Surabaya.

“Tidak hanya menanam, tapi kita semua harus merawatnya, sehingga segala ekosistem yang hidup bisa ikut merasakannya,” tutur mantan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan tersebut.

Kegiatan ini digelar sebagai peringatan Hari Bumi pada setiap tanggal 22 April. Selain ITS, penanaman seribu Pohon Jambon tersebut digelar FIA Foundation yang merupakan sebuah organisasi sosial yang komitmen terhadap permasalahan lingkungan hidup, pendidikan dan anak. Mereka juga bekerja sama dengan Komunitas Jurnalis Peduli Lingkungan (KPJL).

Tidak hanya itu saja, beberapa organisasi juga turut meramaikan kegiatan bertajuk “save our earth, think globally acr locally” ini, yakni Rumah Mangrove, Ecoton, Komunitas Nol Sampah, Bike to Work, Dewan Kota, Komunitas Parkour, Surabaya Twitter Group, dan lembaga sosial lainnya.

Setelah menanam pohon, ratusan burung juga dilepaskan ke alam bebas.

Didampingi Ketua Panitia yang juga Ketua KPJL, Teguh Ardi Srianto, Pendiri FIA Foundation, M. Desi Arianto, mengharapkan burung-burung yang terbang bebas nantinya bisa membantu keberlangsungan hidup alam.

“Pelepasan burung ini diharapkan bisa membantu warga untuk mengantisipasi ancaman ulat bulu yang menjadi wabah di Jawa Timur saat ini. Kami menilai terjadinya wabah ulat bulu karena banyak burung yang ditangkap kemudian diperjualbelikan, sehingga mengganggu keberlangsungan ekosistemnya,” paparnya. [KJPL]

Berita Lainnya

Leave a Comment