Geolog Dunia : Lumpur Lapindo Akibat Pengeboran

Presiden Paksa Bakrie Segera Lunasi Korban Lapindo

Dalam konferensi geologi internasional di London, Inggris, bencana ini juga dibahas. Bahkan, ada yang memprediksi semburan tersebut bisa berlangsung hingga 140 tahun. Yang menarik, para ahli geologi itu juga menyimpulkan bahwa semburan terjadi akibat adanya pengeboran.

“Lumpur di Sidoarjo akan menjadi natural event yang bisa berlangsung 6-140 tahun, namun perkiraan yang baik adalah 32 tahun,” jelas Prof Richard Swarbrick dari Geopressure Technology Ltd Science Labs, Durham, Inggris, saat berbicara dalam konferensi geologi di London.

Dalam konferensi geologi internasional yang berlangsung 21-22 Oktober lalu, semua geolog sepakat semburan lumpur panas Lapindo, adalah sebuah mud volcano yang biasa muncul akibat remobilisasi sedimen dan fluida cekungan bawah tanah.

Beberapa geolog kelas dunia itu bahkan berpendapat, merasa beruntung karena bisa menjadi saksi dan mempelajari gunung lumpur raksasa yang sedang lahir dan tumbuh.

Pada kesempatan itu juga dijelaskan bahwa gunung lumpur akibat remobilisasi lumpur bawah tanah itu sudah lama menjadi obyek penelitian ilmuwan global. Ilmuwan Eric Deville dari Prancis saat memberikan ceramah utamanya mengatakan, ’’Mud volcano adalah sebuah sistem bumi agar lestari”,’’ ujar Eric. Yang menarik, ketika Dr. Richard Davies ketiga temannya menyatakan bahwa semburan lumpur tersebut akibat pengeboran (drilling) BJP (Banjar Panji) I.

Peserta konferensi lainnya, Dr.Christopher Jackson dari Imperial College London menyarankan solusi. “Harus segera ada kerjasama dan sharing data agar penyimpulan pemicu semburan menjadi benar,” ujar Jackson.

Sejak awal peserta geolog internasional yang datang dari Amerika, Kanada, Prancis, Italia, Norwegia, Australia, German, Turki, Namibia, dan penjuru Inggris, Wales dan Skotlandia dalam konferensi ini sepakat bahwa lumpur Lapindo sebuah mud volcano. Karena itu semburannya tidak bisa ditutup.

Namun Dr. Nur Rohmat Sawolo, ahli drilling dari PT Energi Mega Persada (EMP) langsung menepis hipotesa tersebut. Karena semua data yang dijadikan dasar penyimpulan Davies sangat berbeda dengan data drilling otentik yang dimiliki Lapindo. ’’Data versi Lapindo itu kini menjadi pegangan kepolisian dan kejaksaan RI dalam penyidikan kasus ini,’’ ujar Nur Rohmat. [KJPL]

Berita Lainnya

Leave a Comment