Bagi ribuan burung pemangsa (raptor), Pulau Rupat di Kabupaten Bengkalis, Riau, merupakan lokasi penting saat musim dingin tiba. Pulau seluas 1.500 kilometer persegi ini menjadi salah satu pintu masuk ke Indonesia, selain Sangihe, bagi ribuan elang dan alap-alap untuk menghindari musim dingin dan kekurangan makanan di Asia Timur.
Berbagai jenis elang dan alap-alap mencari pulau-pulau dengan jarak yang dekat dalam lintasan bermigrasi. Pulau Rupat yang dekat dengna Tanjung Tuan Malaysia menjadi tempat ideal bagi elang untuk menambah energi setelah terbang jauh dari lokasi sebelumnya.
Rupat menjadi lokasi penting untuk mencari wintering area untuk kemudian kembali lagi pada Februari – Maret menuju tempat asalnya di China, Jepang, hingga Siberia.
Dari 56 jenis elang di Asia, 19 jenis di antaranya melakukan migrasi melalui Pulau Rupat. Dari pulau ini, burung-burung pemangsa tersebut menuju wilayah Indonesia lain seperti Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, serta Nusa Tenggara.
Spesies yang melewati Pulau Rupat di antaranya Oriental Honey-buzzard (OHB), Alap-alap China (Accipiter soloensis), Alap-alap Nipon (Accipiter gularis), elang hitam (Ictinaetus malayensis Temminck), Sikep Madu Asia (Pernis ptilorhynchus), elang alap Nipon (Accipiter gularis), elang alap China (Accipiter soloensis) dan elang alap Petalabu (Accipiter poliocephalus).
Namun, pulau ini kini dalam ancaman berat akibat deforestasi hutan dan pembukaan lahan untuk perkebunan. Di sisi lain, Rupat tidak termasuk ke dalam kawasan lindung (non-kawasan konservasi), sehingga ancaman Pulau Rupat sebagai site penting untuk raptor migran menjadi sangat tinggi.
Lalu apa yang terjadi? Ketika Pulau Sumatera terjadi bencana asap pada tahun 1997 lalu, dampak yang terjadi adalah populasi belalang menjadi luar biasa. Di sebagian besar wilayah jelajah yang dilewati raptor migran, populasi belalang tidak terkendali, Lampung salah satu wilayah terdampak.
Oleh sebab itu, upaya konservasi di Pulau Rupat harus segera dilakukan. Jika Rupat hancur, burung raptor migrasi tidak dapat masuk ke Indonesia dan menimbulkan dampak yang tidak hanya dirasakan oleh masyarakat Pulau Rupat.
Kegiatan ini, rencananya akan digelar Sabtu – Senin (10-12/03/2012), di Tanjung Medang, Rupat Utara, Kabupaten Bengkalis, Riau.
Dalam kegiatan itu, rencananya akan dilibatkan beberapa pihak, diantaranya peneliti dan pemerhati raptor, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam – BKSDA Propinsi Riau, Dinas Kehutanan Kabupaten Bengkalis, pegiat lingkungan, siswa-siswa sekolah, serta masyarakat Pulau Rupat.
Agenda yang digelar selama tiga hari itu, ditujukan untuk sosialisasi dan diskusi untuk merangkul berbagai kalangan, termasuk media. Kegiatan itu sekaligus sebagai ajang pendidikan dan upaya kampanye kepedulian keberadaan raptor migran, serta arti penting Pulau Rupat bagi Indonesia dan wilayah Asia lainnya. [KJPL]