Jumlah mata air semakin menyusut, ratusan ribu pelanggan air PDAM di Cirebon terancam tidak mendapatkan pasokan air bersih, setelah terjadi kerusakan lingkungan di kawasan Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan.
“Kerusakan lingkungan di kawasan Gunung Ciremai mengakibatkan jumlah mata air terus menyusut,” kata Ketua Yayasan Buruh dan Lingkungan Hidup (YBLH) Yoyon Suharyono.
Menurut Yoyon, dari sekitar 1500 mata air yang ada saat ini tinggal 52 buah mata air. Oleh karena itu, apabila tidak ada keseriusan melakukan konservasi atas kawasan yang menjadi sumber mata air tersebut, kemungkinan 20 tahun lagi warga Cirebon tidak bisa menikmati air bersih.
Disebutkan, kerusakan lingkungan di kawasan Gunung Ciremai Kuningan dan Majalengka lebih disebabkan karena penggundulan hutan dan aktivitas galian C.
Akibatnya, lanjut dia, sumber mata air Cipaniis yang memasok air minum untuk warga Kota Cirebon dan sumber mata air Telaga Remis untuk pelanggan PDAM Kabupaten. Cirebon terus mengalami penyusutan debit setiap tahunnya.
Diakuinya, debit di kedua sumber mata air di kaki Ciremai tersebut saat ini telah menyusut hingga 20 persen akibat aktivitas galian C di kawasan lindung tadi.
Yoyon yang juga sebagai duta Lingkungan Hidup Jawa Barat meminta, pihak Pemkab dan Pemkot Cirebon turut memikirkan konservasi sumber mata air yang dimanfaatkan untuk ratusan ribu warga Cirebon itu.
Kebutuhan air minum untuk warga Cirebon saat ini, lanjut Yoyon, sangat bergantung dari kedua sumber mata air tersebut.
Oleh karena itu pemkab maupun pemkot Cirebon harus siap menambah anggaran untuk konservasi dari keuntungan penjualan air tersebut, jangan seluruhnya masuk PAD.
“Pengguna air termasuk sejumlah perusahaan yang memanfaatkan mata air gunung Ciremai seperti Indocement, PT Kereta Api dan Pertamina diminta untuk bersama-sama melakukan konservasi,” katanya. [KJPL]