Empat warga di RT 001 RW 003 Kelurahan Asemrowo, Kecamatan Asemrowo, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia, terpapar debu dari Apartemen Gunawangsa Tidar yang melakukan pembangunan tower di Jalan Tidar 350 Surabaya.
Paparan debu itu mengakibatkan Kusnadi, 73 tahun, warga Asemrowo Baru, Surabaya mengalami gatal-gatal di kulitnya, diduga karena paparan partikel debu yang terus menerus masuk ke dalam rumahnya dari kegiatan pembangunan tower Apartemen Gunawangsa Tidar yang ada persis di seberang rumah tinggalnya.
“Debu dari proyek apartemen itu, masuk ke ruang tidur saya tidak hanya siang, tapi malam juga masuk, apalagi kalau waktu ngecor malam hari dengan crane, selain suara yang bising, debunya membuat saya susah nafas dan kulit saya sekarang ini gatal-gatal, meski sudah saya bawa ke dokter, tetap saja kondisinya tidak berubah,” tutur Kusnadi yang juga sesepuh warga di Asemrowo Baru, Surabaya.
Selain Kusnadi, Erma yang juga tinggal di Jalan Asemrowo Baru, Surabaya, juga mengeluhkan gatal dan batuk serta sering terganggu pernafasannya, karena paparan debu dari proses pembangunan tower Apartemen Gunawangsa Tidar . Kondisi yang sama dan parah dialami dua anak Erma, Rafa Syatir Mahardika, 4 tahun dan Rizka Aqila Askadina, 2 tahun yang mengalami gangguan pernafasan karena paru-parunya kemasukan debu dari Apartemen Gunawangsa Tidar.
Menurut Erma, dua anaknya sudah sama-sama pernah opname di Rumah Sakit Bhakti Dharma Husada Surabaya, karena dari hasil diagnosa dokter, dipastikan kalau paru-paru anaknya terpapar debu dari Apartemen Gunawangsa Tidar dan harus dapat perawatan intensif dari dokter. “Bahkan dokter sudah beberapa kali menyarankan kami pindah rumah, karena lokasi rumah kami yang sangat berdekatan jaraknya dengan Apartemen Gunawangsa Tidar, agar anak-anak saya tidak makin parah penyakitnya,” ujar Erma.
Erma mengaku kebingungan harus melapor ke mana dengan kejadian yang diderita dirinya dan anak-anaknya, karena sampai sekarang, juga tidak ada respon dan tanggapan dari pihak Apartemen Gunawangsa Tidar sesudah anak-anaknya mengalami sakit. “Sebelum ada pembangunan Apartemen Gunawangsa Tidar, kami sekeluarga tidak pernah mengalami kondisi dan penyakit pernafasan juga gatal-gatal, tapi sekarang kami harus menderita setiap hari akibat debu dari proyek pembangunan apartemen yang masuk ke rumah kami yang ada di sisi barat dari apartemen,” jelas Erma.
Ibu dua anak ini mengatakan, kalau kami secara ekonomi mampu, mungkin tidak akan sambat atau mengeluh, tapi kami secara ekonomi juga masih kekurangan. “Untuk itu, kalau harus menanggung biaya pengobatan dan perawatan sampai di atas lima juta rupiah, akan jadi beban berat ekonomi keluarga saya,” terangnya.
Warga Asemroro Baru, Surabaya, juga mengeluhkan kebisingan akibat kegiatan proyek apartemen, akibat aktivitas crane juga kegiatan lain selama proses pembangunan apartemen yang masih berlangsung sampai sekarang, diantaranya suara alat-alat pertukangan yang jatuh dan menimbulkan suara berisik di malam hari. “Ini sudah setiap hari saya dengar dan dirasakan warga di sekitar tempat tinggal saya. Kejadian ini mulai terasa sesudah gedung apartemen, khususnya waktu tower A sudah berdiri,” kata Sentot warga Asemrowo Baru, Surabaya.
Sentot yang dikenal sebagai aktivis warga di kampungnya mengaku akan melakukan upaya bersama warga, kalau tidak ada itikad baik dari pihak Apartemen Gunawangsa Tidar dalam menyikapi keluhan dan kerugian yang disampaikan warga. “Jangankan hanya dengan Gunawangsa, di era reformasi saja, kami juga sudah berani melawan, kalau memang kami benar dan ditindas para penguasa,” tegas Sentot.
Sementara dari data dan informasi yang dikumpulkan Tim Komunitas Jurnalis Peduli Lingkungan – KJPL Indonesia, selain gangguan kesehatan yang di derita warga di RT 001 RW 003 Kelurahan Asemrowo, Kecamatan Asemrowo, warga di wilayah itu juga mengalami beberapa kerusakan perangkat elektroniknya, khususnya televisi mereka ada yang rusak, karena terdampak dari aktivitas crane, waktu pembangunan tower A Apartemen Gunawangsa Tidar. [KJPL]